Mendengar Nasihat

Pembacaan: Kejadian 4:1-16

Nas: “Kata Kain kepada Habel, adiknya, “Mari kita pergi ke padang.” Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain menyerang Habel, adiknya, dan membunuhnya. (Kejadian 4:8)

Melihat hasil masakan temannya, seorang koki memberikan tips dan trik dalam memasak. Tujuannya, supaya temannya menghasilkan masakan yang lebih baik: lezat, sehat, dan menggugah selera. Sayang, ketimbang menerima masukan itu sebagai pelajaran berharga yang membangun, temannya menjawab, “Ya biar, saya bisanya begini, ya sudah begini saja!” Tidak hanya itu, sang teman malah semakin “ngawur” dalam memasak sehingga menghasilkan masakan yang jauh lebih buruk.

Kain menunjukkan gejala dosa dengan menjadi panas hati dan mukanya muram melihat persembahan Habel diindahkan Tuhan, sedangkan persembahannya tidak. Tuhan pun memperingatkan dia supaya terhindar dari dosa yang sudah mengintip di depan mata. Bukannya mengambil hikmat dari nasihat itu dengan mengupayakan diri supaya terhindar dari dosa, Kain malah melancarkan aksi yang lebih jahat dengan mengajak Habel ke padang untuk membunuhnya.

Setiap nasihat yang baik asalnya dari Tuhan, siapa pun yang dipakai-Nya untuk menyampaikan kepada kita. Nasihat adalah didikan yang berguna untuk membangun kualitas diri. Sayang, tidak semua orang mau mendengar nasihat (menerima dan melakukannya). Nasihat bahkan sering dipandang sebagai hal yang mengganggu sehingga harus dilawan. Nasihat mendorong mereka melakukan kejahatan dengan lebih berani alih-alih membawa kesadaran dan pertobatan. Tentu hal ini tak pantas dilakukan oleh pribadi yang mengaku telah menerima Kristus. Karena bersedia mendengar nasihat adalah salah satu bukti kita sungguh hidup di dalam Tuhan. Mendengar nasihat menghindarkan kita dari kejahatan dan dosa.

MENGERASKAN HATI DENGAN MENOLAK NASIHAT SAMA SAJA MENGHANCURKAN DIRI SENDIRI

Baca Renungan lain

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *